Latar Belakang
Sungai
mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah
sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi,
penyediaan air minum, kebutuhan industri dan lain lain. Kebutuhan air bagi
kepentingan manusia semakin meningkat sehingga perlu dilakukan penelitian atau
penyelidikan masalah ketersediaan air sungai dan kebutuhan area di
sekelilingnya, agar pemanfaatan dapat digunakan secara efektif dan efisien,
maka dibuatlah dengan pembangunan bangunan air yang mendukung kebutuhan
irigasi.
Salah
satu bangunan utama yang mendukung sistem irigasi adalah bendung. Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion
Structure) merupakan bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang berfungsi
mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir ke
saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan irigasi.
Dalam pembahasan kali ini akan diulas
beberapa hal yang menyangkut keberadaan bendung serta jaringan irigasi yang
terkait. Bendung yang diamati adalah Bendung Penarungan yang terletak di Tukad
Penet yang mengalir di daerah Kabupaten Badung.
Gambar Bendung Penarungan
Sejarah Bendung Penarungan
Pemerintahan
Colonial Belanda mulai masuk di Bali sejak tahun 1882 dan efektif melaksanakan
colonialisasi sejak 1908 ketika Kerajaan
Klungkung takluk kepada Belanda, dan Singaraja dipilih sebagai pusat pemerintahan
keresidenan Bali dan Lombok. Mulailah Belanda mengeksploitasi sumber daya alam.
Meskipun Bali tidak memiliki hasil yang menonjol, Belanda memaksakan niatnya dalam
beberapa sector seperti pelipatgandaan beras, sapi, kopi dan babi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih,
Pemerintah Belanda mengeluarkan aturan yang baru tentang pajak, khususnya tanah.Pemerintah
Belanda mengalihkan pemungutan pajak tanah (suwinih) menjadi Yayasan Wisnu2 kertas posisike 3
pajak tanah untuk kepentingan pemerintah colonial Belanda. Pajak tanah merupakan pemungutan pajak berupa 2/3 hasil panen sawah negara yang
pemungutannya dilakukan lewat kepala pemerintahan Swapraja. Oleh kepala swapraja
2/3 hasil panen yang dipungut tersebut dijual kepada pedagang Cina atau perusahaan
Belanda.Uang hasil penjualan kemudian diserahkan pada residen yang berkedudukan
di Singaraja. Kepala swapraja dan kaum puri yang ditunjuk untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan
swapraja mendapatkan gaji dari pemerintah Hindia Belanda di Bali.
Gambar Bendung Penarungan
Di
samping itu pemerintah Belanda juga menata pengairan dengan menempatkan Ir Sipil
yang bernama WG Happe sebagai pejabat Waterstaats Dients untuk daerah Bali
Selatan. Irigasi subak mulai diperbaiki dengan membangun Bendung Peraupan
(1924), Bendung Penarungan (1924)dan bendung lainnya.
Pembuatan Bendung Penarungan
sejak tahun 1924 sampai tahun 1945 kemerdekaan Indonesia tidak pernah sekalipun
pernah direhab. Baru tahun 1986 pemerintah badung mulai memperbaiki bendung-bendung
yang ada di desa Abiansemal termasuk Bendung Penarungan.