Sabtu, 28 November 2009

JEmbatan

MAKALAH

JENIS-JENIS DAN BEBERAPA JEMBATAN

DI INDONESIA


OLEH:

I GEDE GEGIRANANG WIRYADI

NIM 0904105001

TEKNIK SIPIL / FAKULTAS TEKNIK

UVIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2009


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Jenis-Jenis dan Beberapa Jembatan di Indonesia”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait yang telah mendukung baik moral, ide, dan material dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dalam mendukung pelaksanaanya.

Bukit Jimbaran, Nopember 2009

Penulis



BAB I. PENDAHULUAN

Jembatan merupakan salah satu infrastruktur yang terpenting dalam pembangunan. Apabila jembatan kurang memadai maka distribusi dan pencapaian ke suatu kawasan akan sangat terganggu. Namun demikian pembangunan jembatan terutama di daerah yang penuh dengan bukut dan jurang tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kondisi alam yang berbukit dan jurang serta tanah yang rawan bencana memerlukan kajian kajian yang mendalam sebelum membangun jembatan tersebut.

Tantangan alam yang berbukit serta rawan bencana, memerlukan teknologi dan perencanaan yang matang oleh para pelaku jasa konstruksi jalan dan jembatan. Tanpa teknologi dan perencanaan yang matang, pembangunan jembatan tidak akan berjalan baik, dan hasilnya pun tidak memuaskan, bahkan jembatan akan cepat rusak.

Pada salah satu kasus, pembangunan jembatan di salah satu daerah di Indonesian adalah di daerah sumatra. Keadaan sumatra yang penuh dengan bukit dan jurang, mengundang banyak pemikiran untuk pembangunan sarana penghubung di daerah ini. Salah satu solusi dalam pembangunan sebuah jembatan untuk daerah perbukitan dan jurang di Sumatera yang dikemukakan oleh Ir. H. Doddy Ruswandi, MSCE dari Dinas Prasarana Jalan dengan makalah, "Metoda Pemasangan Balok Kantilever untuk pelebaran Badan Jalan, Ruas Jalan Paykumbuh - Batas Riau,". Doddy Ruswandi yang tampil pada sesi pertama dalam seminar nasional tersebut, dalam makalahnya mengemukakan, metoda pemasangan balok kantilever pada jalur sempit perbukitan berbatu di ruas jalan Payakumbuh Riau dapat dilakukan pada kiri kanan jalan dengan meledakkan bagian tebing atau retaining concrete pada bagian jurang. Namun apabila iatas tebing terdapat bangunan, maka peledakan bukan merupakan jalan terbaik. Melihat kondisi tersebut, maka metoda yang paling memungkinkan adalah denganmenggunakan metoda pemasangan Balon Kantilever, dimana proses pembuatan balok dan slab beton dapat dilaksanakan dengan metode pre cast. Selanjutnya unit-unit balon dan salb tersebut dipasang secara bertahap dengan alat pengangkat.

Pada studi mengenai jembatan, para ahli, kontraktor dan pihak terkait lainnya di bidang jembatan diharapkan dapat memberikan inovasi-inovasi serta pemikiran-pemikiran baru terhadap kemajuan pembangunan jembatan di daerah yang memiliki kondisi alam rumit, apalagi sebagai mahasiswa Teknik Sipil diharapkan nantinya menjadi lulusan yang handal di bidang khususnya di bidang jembatan dan Teknik Sipil pada umumnya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian jembatan

Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan laluan pejalan kaki, pemandu kenderaan atau kereta api di atas halangan itu.

B. Sejarah

Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu digunakan, tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung yang pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air orang Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga mempunyai pengetahuan, yang mengurangkan perbedaan kekuatan batu2 yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut.

Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19, sistem rangka (truss system) menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan yang lebih besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength) yang cukup untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan ketegangan yang tinggi, jembatan yang lebih besar akan dibuat, kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali dipertunjukkan di Menara Eiffel di Paris, Perancis. Yang sesuai digunakan untuk pembuatan jembatan yang panjang karena ia mempunyai kekuatan-kepada-berat yang tinggi, tetapi konkrit pula mempunyai kos penjagaan yang lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat" (reinforced concrete) digunakan - kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.

C. Jenis-jenis jembatan

Jenis-jenis jembatan boleh dikelaskan mengikut kegunaannya ataupun struktur binaannya.

1. Dari segi kegunaan

Suatu jembatan biasanya dirancang sama untuk kereta api, untuk pemandu jalan raya atau untuk pejalan kaki. Ada juga jambatan yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa digunakan untuk membawa barang. Kadang-kadang, terdapat batasan dalam penggunaan jembatan; contohnya, ada jembatan yang dikususkan untuk jalan raya dan tidak boleh digunakan oleh pejalan kaki atau penunggang sepeda. Ada juga jembatan yang dibangun untuk pejalan kaki (jembatan penyeberangan), dan boleh digunakan untuk penunggang sepeda.

2. Jembatan upacara dan hiasan

Setengah jembatan dibuat lebih tinggi daripada yang diperlukan, agar pantulan jembatan itu akan melengkapkan sebuah bulatan. Jembatan seperti ini, yang selalunya dijumpai di taman oriental, dipanggil "Jembatan Bulan", kerana jambatan itu dan pantulannya menyerupai sebuah bulan purnama.

Adalah biasa di istana2 jembatan dibuat sungai tiruan sebagai simbol perjalanan ke tempat ataupun keadaan minda yang penting. Ada satu set yang terdiri daripada lima jambatan yang merentasi satu sungai yang berbelit-belit di salah sebuah laman penting di Bandar Terlarang (Forbidden City) di Beijing, Cina. Jambatan yang tengah hanya boleh dilalui oleh Maharaja, Permaisuri dan dayang-dayang mereka.

3. Dari segi struktur

Perancangan dan bahan asas pembinaan jambatan bergantung kepada lokasi dan juga jenis muatan yang akan ditanggungnya. Berikut adalah beberapa jenis jambatan yang utama:

a) Jembatan batang kayu (Log bridge)

Jambatan yang terawal adalah apabila manusia mengambil kesempatan dari pohon kayu yang tumbang merentasi sungai. Jadi, tak hairanlah jika jambatan yang pertama dibuat ialah pokok yang sengaja ditumbangkan meintasi sungai. Kini, jambatan seperti itu hanya digunakan secara sementara, contohnya di tempat2 pembalakan, yang mana jalan yang dibuat hanyalah untuk sementara dan kemudian ditinggalkan. Ini karena jembatan seperti ini mempunyai jangka waktu yang pendek disebabkan oleh pohon menyentuh tanah (yang basah) hingga menyebabkannya mereput, serta serangan anai-anai dan serangga-serangga lain. Jembatan batang kayu yang tahan lama boleh dibuat dengan menggunakan tapak konkrit yang tidak ditakungi air dan dijaga dengan baik.

b) Jembatan alang (Beam bridge)

Jembatan ini juga bisa disebut keturunan langsung jambatan batang kayu, jambatan alang biasanya dibuat dari alang keluli "I", konkrit diperkuat atau konkrit telah-tertegang (post-tensioned concrete) yang panjang. Ia kurang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang dekat. Jembatan ini selalu digunakan untuk jembatan pejalan kaki dan juga jembatan-jembatan yang merintangi hutan.

c) Jembatan kerangka (Truss bridge)

Jika alang2 itu disusun dalam bentuk kekisi, contohnya segitiga, supaya setiap alang hanya menampung sebagian berat struktur itu, maka ia dinamakan jembatan kerangka. Jika dibandingkan dengan jembatan alang, jembatan kerangka adalah lebih hemat dalam penggunaan bahan. Kerangka bisa menahan beban yang lebih berat untuk jarak yang lebih jauh menggunakan elemen yang lebih pendek daripada jambatan alang. Ada berbagai jenis cara untuk membuat kerangka ini, namun begitu, semuanya menggunakan prinsip penggiliran elemen tegangan dan tekanan. Sekiranya satu-satu elemen itu telah diketahui - melalui analisis kejuruteraan - hanya akan mengalami ketegangan tanpa tekanan atau kenduran, maka ia bisa dibuat dari batang keluli yang lebih langsing. Bagian atas kerangka selalunya mengalami tekanan, manakala bagian bawahnya mengalami tegangan.

Jembatan ini selalu dibuat dengan menggunakan dua kerangka yang dihubungkan dengan elemen-elemen penjuru yang mendatar untuk membentuk sebuah struktur berbentuk kotak. Jalan yang akan dilalui boleh terjadi daripada sebagian elemen-elemen atas atau bawah, atau juga boleh digantung di tengah-tengah. Jika jambatan itu harus menyeberangi jurang yang sangat dalam, kerangka itu boleh diimbangi. Ini selalunya terjadi jika tebing yang betul-betul bertentangan membuatkan kerja-kerja pembuatan lebih sukar.

Jambatan kerangka boleh dibuat dari hampir semua bahan yang keras dan kuat, termasuk batang kayu, keluli ataupun konkrit diperkuat. Konsep kerangka ini juga digunakan dalam jembatan-jembatan yang lain ataupun komponen-komponen jembatan seperti struktur geladak jambatan gantung.

d) Jembatan gerbang tertekan (Compression arch bridge)

Jembatan berbentuk ini adalah antara jambatan yang paling awal yang dapat merintangi jarak yang jauh menggunakan batu bata ataupun konkrit. Bahan-bahan ini boleh menerima tekanan yang tinggi tetapi tidak boleh menahan tegangan yang kuat. Jambatan ini berbentuk pintu gerbang - maka sebarang tekanan menegak akan turut menghasilkan tekanan mendatar di puncak gerbang itu.

Di kebanyakan jembatan gerbang, jalan diletakkan di atas struktur gerbang itu. Saluran air orang-orang Roma dahulu menggunakan kaedah untuk menyusun beberapa jembatan gerbang - daripada jembatan panjang kepada jembatan pendek apabila ketinggian ditambahkan - untuk mencapai ketinggian sambil mengekalkan ketegaran struktur itu, dengan mengelakkan pembinaan elemen menegak yang tinggi dan langsing. Jembatan gerbang ini masih digunakan di terusan-terusan air dan jalan raya kerana ia mempunyai bentuk yang menarik, terutamanya apabila ia menyeberangi air kerana pantulan gerbang itu membentuk kesan visual berbentuk bulatan dan bujur.

Kebanyakan jembatan gerbang tertekan moden dibuat daripada konkrit diperkuat. Untuk pembuatannya, pendukung sementara bisa didirikan untuk mendukung bentuk jembatan itu. Apabila konkrit telah mengeras, barulah pendukung sementara itu dibuang.

Salah satu variasi kepada jembatan jenis ini adalah apabila gerbang jembatan itu naik lebih tinggi daripada jalan. Dalam kes ini, kabel tembaga menghubungkan jalan dengan gerbang itu.

e) Jembatan gantung (Suspension bridge)

Jembatan gantung adalah satu lagi jenis jembatan yang pertama, dan masih lagi dibuat menggunakan bahan asli, seperti tali jerami di setengah daerah di Amerika Selatan. Sudah semestinya jembatan ini diperbarui secara berkala kerana bahan ini tidak tahan lama, dan di sana, bahan-bahan ini dibuat oleh keluarga-keluarga sebagai sumbangan masyarakat. Sejenis variasi yang lebih kekal, sesuai untuk pejalan kaki dan kadang kala penunggang kuda boleh dibuat daripada tali biasa. Puak Inca di Peru juga pernah menggunakan jembatan ini pada abad ke-16 untuk jarak sejauh 60 meter. Bagi jembatan ini, laluan jalan akan mengikut lengkungan menurun dan menaik kabel yang membawa beban. Tali tambahan juga diletakkan pada paras yang lebih tinggi sebagai tempat berpegang. Untuk berjalan di jembatan seperti ini, dengan cara berjalan seperti meluncur, karena cara berjalan yang biasa akan menghasilkan gelombang bergerak yang akan menyebabkan jembatan dan pejalan kaki bergoyang atas-ke-bawah atau kiri-ke-kanan.

Jembatan gantung modern yang mampu membawa kendaraan menggunakan dua menara menggantikan pokok. Kabel yang merentangi jembatan ini perlu ditambat dengan kuat di kedua belah ujung jembatan, karena sebagian besar beban di atas jembatan akan dipikul oleh tegangan di dalam kabel utama ini. Sebagai jalannya dihubungkan ke kabel utama dengan menggunakan jaringan kabel-kabel lain yang digantung menegak. Jembatan seperti ini hanya cocok digunakan untuk jarak yang jauh, atau tidak memungkinkan didirikan tiang penahan karena arus deras dan berbahaya. Jembatan seperti ini juga selalu menjadi suatu pemandangan yang bagus. jembatan ini tidak sesuai untuk digunakan oleh kereta api karena akan melentur disebabkan oleh beban kereta.

f) Jembatan kabel-penahan (Cable-stayed R bridge)

Jembatan kabel-penahan adalah agak baru.ekaan jambatan ini menggunakan beberapa kabel yang berasingan yang menghubungkan jalan dengan menara. Kabel2 pepenjuru ini diikat dengan tegang dan lurus (tidak melentur kecuali disebabkan oleh berat sendiri) ke beberapa tempat yang berlainan di sepanjang jalan. Kabel2 itu boleh diikat di tengah-tengah jalan (satu jaringan) atau di tepi jalan (dua jaringan). Biasanya dua menara digunakan, dan kabel-kabel disusun dalam bentuk kipas.

Kelebihan jembatan ini dibanding jembatan gantung adalah tambatan yang kukuh di ujung jembatan untuk menahan tarikan kabel tidak diperlukan. Ini disebabkan oleh geladak jambatan itu senantiasa berada di dalam keadaan tekanan. Ini menjadikan jambatan ini sebagai jambatan pilihan di tempat2 yang keadaan tanahnya kurang baik, asalkan menara-menaranya boleh dipasak dengan baik.

Antara contoh jambatan kabel penahan yang terkenal di Malaysia termasuklah Jambatan Pulau Pinang, Jembatan Kedua Muar dan Jambatan Sungai Johor (yang bakal dibuka pada tahun 2010).

g) Jembatan penyangga (Cantilever bridge)

Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan apabila keadaan tidak praktikal untuk menahan beban jembatan dari bawah semasa pembuatan. Disebabkan ia agak keras/tidak mudah bergoyang, ia sesuai digunakan untuk membawa landasan kereta api. Walaupun dari segi seni bina penyangga selalunya mempunyai cuma satu bagian, untuk jembatan biasanya dua bahagian (sepasang) yang serupa dibuat.

Satu kelebihan jambatan ini ialah ia boleh dibina dengan cuma bekerja menggunakan caisson sementara – ini dilakukan dengan membuat kedua-dua bagian sekaligus untuk memastikan keseimbangan jembatan itu. Kebanyakan jembatan penyangga menggunakan sepasang struktur yang serupa, setiap satu dengan satu menara dan dua penyangga yang terjulur keluar. Kemudian, apabila siap, jembatan itu biasanya akan ditambat di ujungnya, untuk mengelakkan penyangga tadi terjungkit, dan menghasilkan celah yang lebar di antara kedua-dua penyangga tadi. Setelah itu, satu jalan yang telah siap dibina awal-awal diangkat dan diletakkan di tengah-tengah jambatan itu menggunakan kabel untuk meyambung kedua-dua bagian. Jika tidak, bagian tengah jalan itu bisa dibuat ketika itu juga daripada bagian-bagiannya.

Prinsip penyangga ini biasa digunakan dalam pembuatan jembatan gerbang tertekan. Dalam kebanyakan pembuatan jembatan jarak jauh moden, menara dan kabel sementara digunakan untuk menahan bagian-bagian gerbang yang dibuat secara bertingkat. Cara ini agak sama dengan cara pembuatan jembatan kabel-penahan. Penggunaan menara sementara ini mengurangi jumlah bahan yang diperlukan dan memudahkan perancangan.

h) Jembatan bisa pindah

Jembatan gerak (movable bridge) membolehkan benda-benda yang tinggi seperti layar kapal melaluinya, ataupun ia boleh digunakan untuk merentasi jarak yang tinggi atau jaraknya boleh berubah. Jembatan ini biasanya boleh diputarkan ke atas (drawbridge) atau ke tepi (swing bridge). Bagi setengah jembatan pula, bagian tengahnya boleh diangkat menegak ke atas (lift bridge). Ada juga jembatan yang digelar jembatan pengangkut (transporter bridge), ia cuma digunakan di tempat-tempat yang tidak banyak kendaraan.

Untuk jembatan-jembatan yang kecil, pergerakan ini mungkin boleh dilakukan tanpa menggunakan dinamo. Setengah jembatan boleh dikawal oleh pengguna, terutamanya yang mempunyai bot, sesetengah yang lain dikawal oleh pengawal jambatan, kadang-kadang dari jauh dengan menggunakan kamera video dan pembesar suara. Selalunya terdapat lampu isyarat untuk para pengguna jalan dan air, dan tambahan pengadang jalan untuk para pemandu.

Jembatan gerak yang lebih kecil yang dipanggil jetway, juga digunakan di lapangan terbang, untuk memperbolehkan penumpang menaiki kapal terbang yang berbagai size dan jarak dari bangunan terminal.

D. Contoh-Contoh Gambar Jembatan Jembatan

Akueduk Jembatan alang (beam) Jembatan bertingkat

Jembatan bulan Jembatan galang (girder) Jembatan gantung (suspension)

Jembatan gantung Jembatan gerbang (arch) Jembatan gerbang tertekan

(compression arch)

Jembatan gerbang kerangka Jembatan kerangka (truss) Jembatan kabel-penahan (truss arch) (cable-stayed)

Jembatan kabel-penahan Jembatan kayu Jembatan penyangga

spar penyangga (cantilever)

Jembatan bertutup Jembatan pejalan Jembatan tiub (tubular)

kaki bertutup

Jembatan angkat Jembatan angkat (lift) Jembatan ayun (swing) (drawbridge)

Jembatan tarik (retractable) Jembatan tenggelam Jembatan bergulung

(submersible) (curling)

Jembatan lipat (folding) Jembatan miring (tilt) Jembatan pengangkut

(transporter)

Jembatan pontun Jembatan udara (skyway) Jembatan layang (viaduct)

Garbarata

BAB III. APLIKASI DAN BEBERAPA JEMBATAN DI INDONESIA

A. Jembatan Rantau Berangin (Riau)

Jembatan ini terletak di kabupaten Kampar, provinsi Riau.Memiliki panjang 200 meter.

B. Jembatan Pasar Ayam (DKI Jakarta)

Jembatan angkat yang terkenal dan merupakan satu-satunya yang masih kelihatan bentuknya adalah yang dikenal dengan nama Hoenderpasarbrug (Jembatan Pasar Ayam), yang terletak di ujung utara Kali Besar, di dekat Hotel Omni Batavia di Jalan Kali Besar Barat.

Sesuai namanya, jembatan itu yang menempati lokasi yang menurut peta masa Gubernur Jenderal Van der Parra, merupakan pasar ayam dan sayuran, yaitu yang terletak di sebelah utara gereja lama Portugis (Binnenkerk). Lahan bekas pasar ayam itu kemudian dijadikan lokasi tempat perbaikan kapal. Karena Boom Besar dalam jangka panjang juga akan dibangun, maka pembesar kumpeni merencanakan lokasi untuk gudang-gudang di tepi Kali Besar itu. Karena itulah dibangun jembatan angkat, sehingga perahu-perahu yang mengangkut berbagai kebutuhan sehari-hari tetap bisa melewati Kali Besar.

C. Jembatan Javasche Bank (DKI Jakarta)

Di ujung selatan daerah Kali Besar, Jakarta terdapat sebuah jembatan, untuk kebutuhan orang-orang yang bermaksud ke rumah sakit (hospitaalsbrug). Setelah rumah sakit dipindahkan ke Weltevreden, lahan bekas rumah sakit itu dimanfaatkan oleh Javasche Bank, sehingga jembatan itu dikenal sebagai Jembatan Javasche Bank. Jembatan Pasar Ayam maupun Jembatan Javasche Bank itu bukan jembatan yang paling tua di Betawi. Yang tertua adalah Jembatan Inggris, yang ketika tentara Mataram menyerang Betawi pada tahun 1628, jembatan itu harus dihancurkan. Baru pada tahun 1655 dibangun jembatan baru melintasi terusan kanal yang bernama Amsterdamsche-gracht. Itulah jembatan yang disebut Hoenderpasarbrug.

Jembatan itu bukan satu-satunya sarana untuk menyeberangi kanal. Ketika para pembesar kumpeni masih tinggal di dalam kastil, selain jembatan untuk penyeberangan itu, di tempat-tempat yang cukup jauh dari jembatan ditempatkan beberapa buah sampan memakai tenda. Sampan-sampan itu dipakai untuk mengangkut ’nyonya-nyonya besar’ yang biasanya malas berjalan itu ke seberang kanal. ’Nyonya-nyonya besar’ itu jelas sulit berjalan, karena gaun-gaun yang mereka kenakan model kurungan ayam. Setiap mereka berjalan, harus ada budak-budak yang memegangi gaun itu. Repotnya lagi, selain budak pemegang gaun, ada pula budak yang khusus memayungi sang nyonya besar, karena matahari Betawi sangat terik. Si nyonya besar sendiri tidak henti-hentinya mengipas-ngipaskan kipas bulu burung merak.

D. Jembatan Kambing (DKI Jakarta)

Memasuki kawasan Pekojan, Jakarta Barat, dari Jl Tubagus Angke terdapat sebuah jembatan yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat. Keberadaan jembatan yang dinamakan Jembatan Kambing ini punya sejarah panjang. Karena kambing-kambing yang didatangkan dari berbagai tempat, umumnya dari Tegal, sebelum disembelih di pejagalan lebih dulu dilewatkan jembatan Kali Angke yang memisahkan Pekojan dan Jl Tubagus Angke. Hingga kini nama Pejagalan merupakan salah satu kampung di Kelurahan Pekojan.

Nama Jembatan Kambing ini pun dikaitkan dengan kegemaran masyarakat keturunan Arab pada daging kambing. Sampai 1950-an mayoritas penduduk Pekojan adalah keturunan Arab yang sebagian besar berasal dari Hadramaut (salah satu wilayah di selatan Yaman). Besarnya jumlah komunitas keturunan Arab ini menyebabkan banyak pula pedagang kambing yang mangkal di tepi Kali Angke itu. Dan para pedagang kambing ini sebagian besar juga keturunan Arab. Para pedagang ini menyatakan mereka ini hanya meneruskan usaha dagang yang dilakukan oleh ayah, kakek, bahkan buyut mereka.

Jembatan Kambing ini berhadapan dengan Masjid An-Nawir yang dibangun 1760. Pada akhir abad ke-19 masjid ini diperluas oleh Sayid Abdullah Bin Husein Alaydrus, seorang kaya raya yang namanya diabadikan menjadi nama Jalan Alaydrus di Jl Gajah Mada, Jakarta Pusat. Semasa hidupnya ia ikut menyelundupkan senjata untuk para pejuang Aceh saat melawan Belanda. Masjid yang kini dapat menampung dua ribu jamaah ini merupakan salah satu masjid tempat mengajar Habib Usman Bin Yahya, pengarang sekitar 50 buku (kitab kuning) berbahasa Melayu Arab gundul. Ia pernah diangkat sebagai mufti Betawi pada 1862 (1279 H). Salah seorang muridnya adalah Habib Ali Alhabsji (meninggal 1968) yang mendirikan Majelis Taklim Kwitang.

E. Jembatan Suramadu (Jawa Timur)

Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan terpanjang di Asia Tenggara ialah Jembatan Penang di Malaysia. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009[2]. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah. Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.

F. Jembatan Barelang (Batam, Kepulauan Riau)

Jembatan Barelang adalah nama jembatan "megah" yang menghubungkan tiga pulau yaitu Batam-Rempang-Galang. Masyarakat setempat menyebutnya "Jembatan Barelang", namun ada juga yang menyebutnya "Jembatan Habibie", karena beliau yang memprakarsai pembangunan jembatan itu untuk menfasilitasi ketiga pulau tersebut yang dirancang untuk dikembangkan menjadi wilayah industri di Kepulauan Riau. Ketiga pulau itu sekarang termasuk Provinsi Kepulauan Riau, Kepri, sebuah provinsi yang baru saja diresmikan keberadaannya oleh menteri dalam negeri.

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

Anononim. 2009. Jembatan. Jakarta: Antara News

Antara News. 19 November 2009. Pembangunan Jembatan Selat Sunda Selama Selama Sepuluh Tahun. Antara News

http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan[20 Nopember 2009]

http://id.wikipedia.org/wiki/jembatan-nasional-suramadu[20 Nopember 2009]

http://id.wikipedia.org/wiki/daftar-jembatan-di-indonesia[20 Nopember 2009]

http://id.wikipedia.org/wiki/perkembangan-jembatan-di-indonesia[20 N0pember 2009]

http://bung-hatta.info/berita_210.ubh[20 Nopember 2009]

http://slidshared.com/jembatan/Makalah-teknik-sipil[20 Nopember 2009]