Rabu, 28 Desember 2011

Bendung Penarungan


Latar Belakang 
 
Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan air minum, kebutuhan industri dan lain lain. Kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat sehingga perlu dilakukan penelitian atau penyelidikan masalah ketersediaan air sungai dan kebutuhan area di sekelilingnya, agar pemanfaatan dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka dibuatlah dengan pembangunan bangunan air yang mendukung kebutuhan irigasi.
Salah satu bangunan utama yang mendukung sistem irigasi adalah bendung. Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure) merupakan bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang berfungsi mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan irigasi.
Dalam pembahasan kali ini akan diulas beberapa hal yang menyangkut keberadaan bendung serta jaringan irigasi yang terkait. Bendung yang diamati adalah Bendung Penarungan yang terletak di Tukad Penet yang mengalir di daerah Kabupaten Badung.

 Gambar Bendung Penarungan
Sejarah Bendung Penarungan
Pemerintahan Colonial Belanda mulai masuk di Bali sejak tahun 1882 dan efektif melaksanakan colonialisasi sejak  1908 ketika Kerajaan Klungkung takluk kepada Belanda, dan Singaraja dipilih sebagai pusat pemerintahan keresidenan Bali dan Lombok. Mulailah Belanda mengeksploitasi sumber daya alam. Meskipun Bali tidak memiliki hasil yang menonjol, Belanda memaksakan niatnya dalam beberapa sector seperti pelipatgandaan beras, sapi, kopi  dan babi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih, Pemerintah Belanda mengeluarkan aturan yang baru tentang pajak, khususnya tanah.Pemerintah Belanda mengalihkan pemungutan pajak tanah (suwinih)  menjadi Yayasan Wisnu2 kertas posisike 3 pajak tanah untuk kepentingan pemerintah colonial Belanda.  Pajak tanah merupakan pemungutan pajak berupa  2/3 hasil panen sawah negara yang pemungutannya dilakukan lewat kepala pemerintahan Swapraja. Oleh kepala swapraja 2/3 hasil panen yang dipungut tersebut dijual kepada pedagang Cina atau perusahaan Belanda.Uang hasil penjualan kemudian diserahkan pada residen yang berkedudukan di Singaraja. Kepala swapraja dan kaum puri yang  ditunjuk untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan swapraja mendapatkan gaji dari pemerintah Hindia Belanda di Bali. 
 Gambar Bendung Penarungan

Di samping itu pemerintah Belanda juga menata pengairan dengan menempatkan Ir Sipil yang bernama WG Happe sebagai pejabat Waterstaats Dients untuk daerah Bali Selatan. Irigasi subak mulai diperbaiki dengan membangun Bendung Peraupan (1924), Bendung Penarungan (1924)dan bendung lainnya.
Pembuatan Bendung Penarungan sejak tahun 1924 sampai tahun 1945 kemerdekaan Indonesia tidak pernah sekalipun pernah direhab. Baru tahun 1986 pemerintah badung mulai memperbaiki bendung-bendung yang ada di desa Abiansemal termasuk Bendung Penarungan.


Tidak ada komentar: